Rabu, 03 Agustus 2011

Membaca Ulang Tulisan


Lebuh lanjut, saya sering sekali menemukan tulisan saya tidak sinkron antara paragraph pertama dan terahir



Sebagai mahasiswa yang malas menulis, membaca ulang karya pribadi merupakan hal yang –harus saya akui- bukan kebiasaan saya. Saya biasa mengumpulkan tugas, laporan dan semacamnya kepada dosen tanpa membaca ulang keseluruhan teks, dan hasilnya, nilai saya biasa-biasa saja. Saya baru menyadari betapa pentingnya membaca keseluruhan karya kita. Membaca disini maksudnya adalah membaca kesulurahn karya, membacanya lagi dan memperbaiki jika ada kesalahan dan membaca sekali lagi untuk memastikan bahwa karya kita ‘utuh’ dan sempurna.

Pantas saja Raditya Dika pernah menulis di twitternya bahwa menulis adalah proses mengedit ulang dan membaca kembali karya kita sebelum mempublikasinanya. Lebih lanjut, saya menemukan banyak manfaat dari membaca ulang karya pribadi sebelum kita mempublikasikannya, diantaranya: saat memebaca ulang kita menemukan beberapa kata yang tidak pantas dimuat atau tidak sesuai ejaan atau sebatas misspell, misal tulisan “dan” menjadi “adan” karena hobi banget memencet huruf a.

Lebuh lanjut, saya sering sekali menemukan tulisan saya tidak sinkron antara paragraph pertama dan terahir. Yang lebih mengerikan adalah sering saya jumpai tulisan saya berirama aneh karena paragraph awal menggunakan bahasa formal dan tiba-tiba menjadi bahasa gaul. Memang benar bahwa menulis itu adalah proses mengedit tulisan itu sendiri. Selamat menulis dan membaca ulang karya anda sebelum mempublikasikannya. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar