Rabu, 03 Agustus 2011

Terimaksih Teman Superiorku

Saya punya teman yang secara nilai tes IQ memang menunjukan bahwa dia berIQ superior. Namun, di mata saya dia lebih sekedar orang yang mempunyai kertas Test IQ bertuliskan SUPERIOR karena dia memang salah satu sahabat saya.

Kami mulai kenal saat memasuki kelas 10 di sebuah sekolah madrasah aliyah negri. Awal perkenalan kami dimulai saat saya membacaka sebuah pisi tentang uang di depan kelas. Dan dihari itu juga lah kami mulai berkenalan. Kami satu kelas tepatnya.
Kami mulai akrab dan sering mengorbol. Puncaknya saat guru Biologi kami cuti untuk melahirkan dan diganti oleh guru lain, saat itulah kami suka membicarakan tentang masa depan dan mimpi-mimpi kami. Candida albinacos adalah hal pertama yang kami bicarakan karena penjelasa sang guru pengganti yang menarik minat kami untuk mempelajari biologi.

“jika membaca itu semudah mendengar, maka menulis itu akan semudah berbicara”


Kami mulai bercelonteh tentang mimpi-mimpi indah kehidupan kampus, ITS merupakan tempat yang ingin kami capai karena melihat ada kakak tingkat yang berhasil lolos ke ITS melalui jalur beasiswa. Dan teknik biologi adalah pilihan saya. Saat kelas 2 atau kelas tiga adalah saat betapa saya merasa bodoh, karena tidak ada itu yang namanya candida albinacos dalam dunia Biologi, yang ada adalah candida albicans.

Dan sayapun sadar bahwa belum ada atau tidak ada itu prodi teknik biologi di ITS Surabaya. Yah entahlah, teman saya si superior hanya mengiyakan dan memanasi mimpi-mimpi saya. Sampai ahirnya di penghunjung tahun kelas 3 saat pemilihan perguruan tinggi dan PMDK berlangsung saya sadar betapa memang teman saya itu superior. Dia diterima di ITS lewat jalur Beasiswa DEPAG sedangkan saya tidak lolos.

Sekarang, kami sedang menikmati liburan naik tingkat tiga atau menuju tahun ke-tiga di perguruan tinggi di kota masing-masing. Saya kuliah di Unswagati Cirebon dengan prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan teman saya mengambil prodi teknik sipil ITS Surabaya masih berteman dan bersahabat baik.

"imabangi membaca dengan menulis"


Malam ini dia memberikan pandangaannya tentang menulis melalui pesan singkat. Pernah memang suatu ketika saya memposting, “imabangi membaca dengan menulis” dia menurunkannya menjadi “jika membaca itu semudah mendengar, maka menulis itu akan semudah berbicara”.

Saya merasa sangat kelu seketika membaca pesan singkatnya, karena blog saya terbengkalai bertahun-tahun, sedangkan dia sangat produtif menulis di blog dan di note facebooknya. Terimaksih teman superiorku, teman sejawatku, Faris Azhar.

3 komentar:

  1. nice post

    saya pernah mendengar juga dari seorang teman "menulislah seperti kamu berbicara"
    dia memaparkan kalau menulis itu mudah, semudah kita berbicara. Tulis seperti apa yang kita katakan.
    Namun saya sendiri masih terkendala dalam menulis :D

    BalasHapus
  2. hei!!!!!!
    nama saya juga faris azhar. sangat membanggakan punya nama seperti dia.

    dan saya lebih bangga mempunyai temamn seperti anda.

    salam buat teman kamu itu.
    dari sesama faris azhar.

    BalasHapus
  3. mas adi, ya begitulah, hehhee, mari membiasan mengobrol lewat tulisan :)

    faris azhar, okeh, boy, akan saya sampaikan nanti kepada teman saya itu, :)

    hahahay,
    happy fasting everyone
    selamat berpuasa...

    BalasHapus